Mengasah Ketangguhan di Lereng Merapi: Siswa SMTI Yogyakarta Alami Petualangan Tak Terduga
WARTAJOGJA.ID : Sekolah Menengah Kejuruan Sekolah Menengah Teknologi Industri (SMK-SMTI) Yogyakarta melaksanakan Kemah Bakti Siswa (KBS) pada tanggal 17-19 Mei 2024 lalu di Bumi Perkemahan Girikaton Hargobinangun Pakem Sleman Yogyakarta.
Sebanyak 285 siswa kelas X terlibat dalam kegiatan Kemah Bakti itu yang terbagi menjadi 37 kelompok. Selain itu kegiatan itu diikuti 30 orang kakak kelas XI yang bertugas menjadi Dewan Ambalan dan mengkoordinir kegiatan itu.
“Tujuan kegiatan ini untuk melatih kemandirian para siswa, juga untuk melatih kekompakan tim, kerjasama, sekaligus menanamkan rasa cinta alam melalui aksi tanam pohon,” kata Marsya Woro Abyoga,S.Pd. selaku Ketua Gugus Depan Pramuka SMK-SMTI Yogyakarta Selasa (21/5).
Marsya mengungkapkan, selama Kemah Bakti itu seluruh siswa mengikuti antusias kegiatan demi kegiatan.
Terlebih dalam Kemah Bakti itu, para siswa dikenalkan hal-hal mendasar yang kelak mereka butuhkan saat memasuki dunia kerja.
Kemah Bakti sebagai bagian kegiatan kepramukaan itu dinilai masih relevan karena para siswa dilatih benar soal kemandirian.
Misalnya jika biasanya para siswa itu saat bangun pagi harus dibangunkan, saat akan makan sudah dipersiapkan, padahal ketika nanti saat mereka masuk dunia industri hal-hal mendasar itu musti dilakukan sendiri. Seperti saat para siswa praktik kerja lapangan di luar kota.
“Sebagian besar lulusan di sini atau siswa PKL dari SMK-SMTI akan bekerja di wilayah Jawa Timur dan Jawa Barat yang jauh dari orang tua, lewat Kemah Bakti itu mulai dilatih,” kata Marsya yang mengajar sebagai Guru Kimia Analisis.
“Misalnya besok kalau kerja masuk jam berapa, mandi, masak harus selesai semua jam berapa, padahal di perkemahan itu jumlah kamar mandi terbatas dan harus antri, hal seperti ini akan mereka hadapi,” kata Marsya.
Sehingga selama berkemah itu, para siswa mau tak mau belajar tentang manajemen diri, manajemen waktu, problem soving, hingga manajemen istirahat.
Bahkan para siswa juga belajar manajemen logistik atas bekal yang dibawa sendiri. Bagaimana agar selama tiga hari itu logistik yang dibawa bisa mencukupi kebutuhan para siswa. Misal harus bawa beras berapa kilogram, bawa telur berapa banyak, hingga pemecahan masalah jika bekal tak cukup.
“Jika bekal tak cukup siswa bisa barter dengan siswa lain yang bekalnya berlebih, jadi bagaimana bisa bertahan itu kuncinya,” kata dia.
Kemudian, dalam tiap kelompok yang terdiri dari delapan siswa itu, peserta juga dilatih kekompakan agar bisa berbagai tugas dan tidak saling membebankan tanggungjawab satu sama lain. Ini melatih manajemen siswa dalam team work.
“Selain itu di sana para siswa belajar tentang kekompakan, ketika menjelajah medan, mereka harus solid dalam sangganya (kelompoknya), menyelesaikan tugas tertentu, memecahkan sandi, membuat drag bar atau tali temali, outbound,” ujar Marsya.
Marsya membeberkan, kegiatan Kemah Bakti untuk siswa semester awal ini menjadi penerapan kegiatan pramuka yang dinilai penting membekali para siswa dalam mengasah ketrampilan non teknisnya.
Marsya menuturkan, di akhir acara para siswa juga menggelar aksi bakti sosial ke warga sekitar, tanam pohon bersama, hingga kerja bakti bersih lingkungan.
Marsya menambahkan, Kemah Bakti yang digelar akhir ini digelar sebagai dasar pengambilan nilai Pramuka.
“Dari kegiatan Kemah Bakti ini kami berharap para siswa bisa mendapatkan bekal dasar dalam memasuki dunia kerja nyata nantinya, sehingga tak hanya terampil namun juga mandiri,” pungkas Marsya.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menuturkan jumlah lulusan dari unit pendidikan vokasi di bawah Kementerian Perindustrian juga dipastikan dapat langsung diterima bekerja di sektor industri.
Menteri Agus menegaskan, secara keseluruhan atau 100 persen lulusan dari unit pendidikan vokasi di bawah Kemenperin langsung diterima kerja di sektor industri. (*)
Repost: https://www.wartajogja.id/2024/05/mengasah-ketangguhan-di-lereng-merapi.html