Mon, 14 Jul 2025 Writer HUMAS

SMK-SMTI Yogyakarta Gelar Kaizen Training Tingkatkan Kompetensi Tenaga Pendidik

SMK SMTI Yogyakarta menggelar pelatihan 5S dan Kaizen Training yang diikuti seluruh guru dan laboran pada Senin, 07 Juli 2025.

 

Pelatihan selama sehari penuh ini digelar sebagai bagian dari komitmen dalam meningkatkan kompetensi tenaga pendidik dan menyelaraskan kurikulum dengan kebutuhan industri.

 

Pemateri yang juga Koordinator Tim Kaizen SMK-SMTI Yogyakarta

Setya Budi, S. T. mengungkapkan total ada 58 guru dan laboran di SMK-SMTI Yogyakarta yang mengikuti training itu.

 

"Training ini penting bagi guru SMK untuk memahami dan menerapkan 5S serta Kaizen, karena SMK perlu mempersiapkan siswa untuk dunia industri, dan di industri budaya kerja seperti 5S dan Kaizen sudah menjadi standar," kata Setyabudi, Selasa, 8 Juli 2025.

 

Setya Budi menuturkan, dengan pelatihan ini guru didorong bisa menjadi contoh dan fasilitator agar siswa terbiasa dengan disiplin, efisiensi, dan semangat perbaikan sejak di bangku sekolah.

 

Dengan memahami konsep ini, guru dapat menanamkan nilai-nilai kedisiplinan dan produktivitas melalui proses pembelajaran.

 

Ia menuturkan, 5S dan Kaizen bukan hanya metode kerja, tetapi juga filosofi hidup.

 

Sebagai guru SMK, ia melihat 5S sebagai dasar membangun karakter disiplin siswa. Sementara Kaizen mengajarkan bahwa perubahan dan perbaikan tidak harus besar, yang penting terus-menerus dan melibatkan semua pihak, termasuk guru dan siswa.

 

5S dan Kaizen, kata Setya Budi, adalah metode dari Jepang yang sangat relevan dalam dunia pendidikan kejuruan.

 

5S mengajarkan keteraturan dan kebiasaan baik dalam lingkungan belajar, sedangkan Kaizen mendorong guru dan siswa untuk terus melakukan perbaikan secara berkelanjutan, sekecil apa pun.

 

"Jadi itu menjadi landasan penting dalam membentuk budaya kerja yang profesional di sekolah," ujarnya.

 

Menurutnya, 5S dan Kaizen dalam dunia pendidikan kejuruan sangat relevan. Dunia industri menuntut keteraturan, efisiensi, dan kemampuan adaptasi.

 

5S membentuk lingkungan belajar yang rapi dan nyaman, sedangkan Kaizen menanamkan mindset inovatif dan reflektif. Ini selaras dengan misi SMK yang menyiapkan lulusan siap kerja dan siap bertransformasi.

 

Dalam pelatihan 5S dan Kaizen ini, para guru diajak mempraktikkan penerapan 5S di ruang guru dan lingkungan sekolah, seperti memilah barang yang tidak perlu (Seiri), menata ulang ruang kerja (Seiton), hingga membuat SOP kebersihan dan keteraturan.

 

Mereka juga dilatih untuk mengidentifikasi masalah kecil dan membuat rencana perbaikan (Kaizen) yang bisa diterapkan dalam pembelajaran maupun manajemen sekolah.

 

Salah satu pengalaman menarik adalah saat guru diminta meninjau ulang ruang kerja kami sendiri.

 

Ternyata banyak kebiasaan kecil yang selama ini dianggap sepele, namun jika diperbaiki bisa meningkatkan efisiensi dan kenyamanan kerja.

 

"Kami juga diajak berpikir kreatif untuk membuat solusi praktis tanpa harus menunggu instruksi dari atasan. Itulah semangat Kaizen," kata dia.

 

Tantangan yang selama pelatihan utamanya adalah mengubah kebiasaan lama dan membangun komitmen bersama di antara rekan-rekan guru. 

 

Selain itu juga terletak pada kebiasaan lama dan kesadaran kolektif.

Tanpa keterlibatan semua pihak, upaya penerapan hanya akan berhenti sebagai proyek sesaat.

 

Perlu ada keteladanan dari guru dan kepemimpinan yang mendorong konsistensi serta evaluasi berkala.

 

Dengan diskusi dan praktik langsung, kami jadi lebih paham bahwa perubahan tidak harus besar, yang penting konsisten dan melibatkan semua pihak.

 

Harapan Setya Budi setelah pelatihan ini, seluruh guru bisa menerapkan budaya 5S dan Kaizen di setiap aspek kegiatan sekolah, terutama dalam membimbing siswa.

 

"Semoga sekolah menjadi lebih tertib, efisien, dan berkarakter industri, sehingga lulusan SMK benar-benar siap kerja dan berdaya saing," imbuhnya.

 

Adapun tindak lanjut setelah pelatihan ini para guru bisa mulai bergerak dari hal kecil, seperti membiasakan siswa merapikan alat praktik, menjaga kebersihan ruang kelas, dan membuat evaluasi harian sederhana.

 

Selain itu, pihaknya juga akan mengajak rekan guru untuk membuat forum refleksi bulanan sebagai bagian dari budaya Kaizen.

 

"Kami percaya, perubahan besar dimulai dari langkah-langkah kecil yang konsisten," pungkas Setya Budi.

 

Pada kesempatan sebelumnya, Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita membeberkan, 100 persen lulusan unit pendidikan vokasi yang berada di bawah Kemenperin, dipastikan akan diterima bekerja di sektor industri, termasuk para siswa lulusan SMK-SMTI.

 

Secara umum Agus Gumiwang Kartasasmita menilai, kualitas pendidikan vokasi yang ada di bawah Kemenperin sudah bagus dan ideal. Baik dari segi pelaksanaan program, maupun jejaring yang dilakukan dengan industri.

 

"Kualitas pendidikan vokasi kita sudah sangat baik. Tapi perlu ditambah dari jumlah atau kuantitasnya," pesannya.

 

"Selain kualitas, aspek kuantitas juga terus ditingkatkan, baik program kelas atau SDM, untuk memenuhi kebutuhan industri," harapnya.

 

Agus Gumiwang Kartasasmita menambahkan, kebutuhan SDM yang unggul dan kompeten di sektor industri, secara pola juga terus bertambah secara signifikan.

 

Menurutnya, fenomena tersebut jadi indikator yang positif, karena berarti menunjukkan signifikansi sektor industri di Indonesia yang terus maju dan berkembang.

 

"Industri kita bertumbuh pesat, peningkatan dan kebutuhan SDM di industri juga terus terjadi," tandasnya.

 

Repost : https://www.wartajogja.id/2025/07/smk-smti-yogyakarta-gelar-kaizen.html

Berita Terkait
Writer 10 Aug 2022
SMK-SMTI Yogyakarta Gelar Kegiatan Awal Tahun, Kuatkan Relasi Anak dan Sekolah
Writer 10 Aug 2022
Perluas Kerjasama Industri, SMTI Kembali Laksanakan Temu Industri
Writer 24 Dec 2021
Layanan Prima, SMK SMTI Yogyakarta Raih Predikat WBBM
Writer 31 Jan 2022
PPDB SMK SMTI YOGYAKARTA TAHUN 2022